Thursday, October 4, 2007

yang bungsu, yang mengganggu

widhuh! sudah beberapa hari ini saya gak bisa konsen ama gawean.. gigi bungsu saya sedang giat-giatnya tumbuh. duh! gusi sampe sobek dan bengkak besar, nyeri banget! belum lagi saat bicara dan makan, rasanya ada yang mengganjal di pangkal rahang. gak bisa mangap dengan sempurna, bwehehehe...

Saturday, September 29, 2007

pengingat aja..klo memang tulisan saya kena cekal di islamliberal

Saya jadi ngerasa lucu juga, setelah baca-baca posting di milis islamliberal.. Yang ngobrol di milis kok malah gak konsisten dengan nama group-nya. Malah lebih mirip obrolan para fundamentalis anti-Islam. Gak ono blas yang berhubungan dengan liberalisme dalam Islam.

hahaha...

klo moderator memang liberal, ocehanku pasti dibiarkan ada
dan mbambest tetep dibiarkan ngoceh
klo moderator fundamentalis, statusku sudah pasti banned!
dan posting ocehanku bakal gak ada...

mbambest_mot
kapan wae ate mbambest, mbambest ae..
hidupku adalah sebuah kemerdekaan

Tibakno...Tiba'an (jare Supali)

sedikit kutipan dari milis JIL di islamliberal@yahoogroups.com

-----------------------------------------------------------------------------------
Ulil Abshar A :

(3) Doktrin bahwa Nabi Muhammad adalah Nabi akhir zaman. Doktrin ini jelas
"janggal" dan sama sekali menggelikan. Setiap agama, dengan caranya
masing-masing, memandang dirinya sebagai "pamungkas", dan nabi atau rasulnya
sebagai pamungkas pula. Doktrin ini sama sekali kurang perlu. Apakah yang
ditakutkan oleh umat Islam jika setelah Nabi Muhammad ada nabi atau rasul
lagi?

Komentar Saya :

Allah Ta'ala berfirman :

"*Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara
kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan khaataman nabiyyin (penutup
nabi-nabi). Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu*" [QS. Al-Ahzab
33:40]

Tentang istilah *khaatamun nabiyyin* ada dua pembacaan sebagai berikut :

1. *Khaatimun Nabiyyin*, artinya "*penutup* para nabi".
2. *Khaatamun Nabiyyin, *artinya "*cincin stempel* para nabi".

Ahmadiyah Qadiyan berpandangan bahwasanya Nabi Muhammad SAW bagaikan jari
istimewa yang menggunakan cincin stempel --tidak seperti nabi-nabi lainnya
-- , bukan Nabi terakhir, melainkan Nabi yang paling mulia.

Kalau seandainya konsisten terhadap makna "*khaatamun Nabiyyin"* itu adalah
"cincin stempel para nabi", maka kenapa mereka mengartikan para nabi sebagai
jari (bukan cincin) !!!. Bukankah cincin stempel tersebut berfungsi sebagai
segel (penutup), dan hal ini sesuai dengan makna dari akar kata "*kha ta ma"
* yaitu penutup.

Sebenarnya makna "*khaatamun nabiyyin"* diperjelas melalui sabda Rosul
shalallahu'alaihi wa sallam :

"*Sesungguhnya akan datang kepada umatku pendusta yang jumlahnya 30 orang,
mereka semua mengaku sebagai Nabi, sedangkan aku adalah penutup para Nabi
dan tidak ada Nabi sepeninggalku* " [HR. Ahmad V/278, Abu Daud no. 4252, Ibnu
Majah no. 3952, At-Tirmidzi, *Shahih* berdasarkan kriteria Imam Muslim]

Kemudian hadits lain :

"Bani Israel dipimpin oleh para nabi. Jika seorang nabi meninggal dunia,
seorang nabi lain meneruskannya. Tetapi tidak ada nabi yang akan datang
sesudahku; hanya para khalifah yang akan menjadi penerusku." [HR. Bukhari]

"*Aku memiliki 5 nama, aku Muhamamd, aku Ahmad, aku al-Maahi yang melalui
perantaraanku Allah menghapus kekufuran, aku al-Haasyir yang manusia
dikumpulkan dihadapanku, aku al-'Aaqib (terakhir / penutup) *" [HR. Bukhari
no.3532, Muslim no.2354, Tirmidzi no.2840].

Salam,
Endra Hendrawan

---------------------------------------------------------------------------------

ternyata ada jawaban yang melegakan dari Mas Endra Hendrawan (endrahendrawan@gmail.com)

saya juga agak aneh dengan Mas Ulil.

Beragama secara sosial, sebetulnya, menyalahi sejarah kelahiran agama itu sendiri. Hampir sebagian besar agama lahir karena sikap yang resisten terhadap praktek sosial yang ada. Dengan kata lain, sejarah kelahiran agama adalah sejarah penyimpangan dari norma yang berlaku. Sejarah agama adalah sejarah "kekafiran", yakni kekafiran terhadap kebiasaan yang ada pada suatu waktu.

Lantas, kalau semua sudah sesuai dengan yang dikehendaki Tuhan, perlu sebuah proses dekonstruksi lagi, resisten terhadap pola yang sudah terbentuk sekarang. Artinya, perlu ada agama baru lagi dengan kekafiran terhadap apa yang ada sekarang? Lha? Kok malah lomba rombak-rombakan, kapan mapan'e? Bwehehehe...kami kok diajak mungkir...
Klo tatanan sudah dianggap baik dan stabil apa mesti digusur lagi? Katakanlah anda gak setuju dengan praktek sosial yang ada sekarang tapi apa perlu harus maen gusur lagi? Lha? Trus mana praktek toleransi dan liberal yang sampeyan jadikan pegangan? Kok malah jadi fundametalis anti Islam?

Kata dan saran Mas Ulil, "Beragama itu personal-eksistensial"

Lakukan aja sendiri apa yang kmu anggap bener, ojo melu-melu, opo maneh ajak-ajak melu-melu.

Lha? Sampeyan dewe opo ndak dakwah ajak-ajak melu-melu proses destruktif otak-otak yang, menurut sampeyan, "buntut para fuqaha". Klo memang ada beberapa doktrin yang kurang perlu dalam Islam, lantas kenapa harus ngomong besar dan panjang lebar klo pilihan sampeyan, ya itu tadi, personal-eksistensial? Lha ini pilihan kami untuk menjalani Islam, sebagai tatanan sosial bukan sekedar label religi aja, kok sampeyan kebakaran jenggot..?

Tuesday, September 25, 2007

Doktor


saking blom nemu kontrakan yang pas (parameter: harga sewa + jarak soko kantor), kepekso dadi doktor = mondok di kantor!

Sunday, September 9, 2007

Evolusi, sedikit senggol sana-sini..

Beberapa hari lalu aku diajak gabung milis heboh berjuluk "sains" di sebuah group. Memang heboh. Yang aku baca justru perdebatan pendukung evolusi dan penentangnya.

Tidak bisa disangkal, evolusi memang terjadi. dari yang paling dekat adalah zigot jadi janin. Zigot yang mulanya adalah sel tunggal, mengalami morula, blastula, gastrula kemudian terjadi diferensiasi sel. Perkembangan!

Tapi aku juga gak serta merta membenarkan Darwin, meski aku juga punya saudara bernama Darwin. Evolusi tidak seekstrem kata Darwin. Aku juga tidak terlalu suka dengan orang-orang yang memperdebatkan masalah ini dengan mengatasnamakan sains dan ilmiah, apalagi mengagung-agungkan statusnya sebagai ilmuwan.

Pada dasarnya ilmu yang sekarang ini ada bukan secara tiba-tiba ada dari bangku sekolah terdahulu. Mereka juga belajar, dari pengamatan alam yang amat sangat subyektif dan kemudian diformalkan dalam struktur akademis seperti sekarang. Tidak ada juga aturan yang mengharuskan seseorang harus punya gelar akademis untuk boleh berbicara dalam forum-forum ilmiah karena Plato pun tidak punya gelar macam itu.

Gejala evolusi seperti seperti zigot menjadi embrio tadi merupakan cara alam menceritakan sejarahnya dalam perkembangannya tapi satu yang perlu diingat, memang ada suatu bentuk kecerdasan yang merencanakan hal itu. Alam tidak serta merta ada dengan sendirinya. Maha Besar Allah yang telah menciptakan alam dan segala isinya. Aku memang bukan penganut kreasionis tapi bukan juga penganut rasionalis/evolusionis ekstrem.

Allah memang menciptakan tetapi manusia diwajibkan untuk berpikir tentang sunnattullah itu. Penciptaan oleh "kecerdasan" itu, seperti kata sosiolog, pasti terjadi tetapi bagaimana proses penciptaan itu terjadi diserahkan sepenuhnya kepada manusia untuk memikirkannya dan mempublikasikannya.

Manusia diakui atau tidak punya kedekatan dengan primata lain. Satu hal yang belum bisa dijelaskan adalah kecerdasan manusia. Menurutku ini bukan hasil dari evolusi ekstrem seperti kata Darwin. Sejak awal, spesies manusia memang berbeda. Evolusi yang terjadi adalah evolusi yang berlangsung tertutup di dalam lingkup spesies itu. Gak merambah ke mana-mana. Insya Allah memang terjadi seperti dugaan saya, wallahualam..!

Teori evolusi juga gak bakalan hancur karena aku bicara seperti ini. Juga tidak bakal hancur karena banyak penentangnya. Juga tidak bakalan abadi karena ini buatan manusia. Tapi sadarkah? Setiap eksperimen berkisar evolusi, bukan hanya untuk membuktikan evolusi itu benar tetapi juga untuk membuktikan bahwa teori Darwin salah. Teori hanya sekedar teori. Pijakan untuk menguak sunnattullah lainnya.

Sebesar apapun usah manusia untuk membuat sebuah eksperimen yang obyektif selalu ada faktor yang menggiring eksperimen itu menjadi sedikit subyektif. Alasan sederhananya, saat memulainya, manusia pasti berpijak dari teori atau hasil empiris eksperimen sebelumnya. Entah menentang sebuah teori atau mendukungnya. Jangan terlalu kaget juga kalau sebenarnya, gelombang otak juga berpengaruh terhadap variabel-variabel bebas yang "diberikan" dalam eksperimen. Sadar atau tidak manusia telah mengeliminasi variabel-variabel yang mungkin "menggangu" eksperimen yang sudah digiring untuk mendaptakan hasil sesuai hipotesis yang jadi dugaan sebelumnya.

Evolusi terjadi, menurutku, haruslah pengaruh dari tiga gaya dasar di alam, gravitasi, listrik dan gaya inti.

Friday, April 20, 2007

for the first time..

for the first time..

sambil dengerin Rod Stewart

sperti juga posting pertamaku di blogspot
hehehe...